Minggu, 08 September 2013

Komposisi Kain Tenunan Ende (Zawo Gezo/Zawo Metu Dhiki)

Berikut ini adalah bagian-bagian atau komposisi dari Peru Zawo Gezo/Zawo Metu Dhiki.
Proses Pembuatan Kain tenunan ini dinamakan SEZA. Kata 'Seza' dalam keseharian (bukan istilah dalam pembuatan tenunan) berarti Khitan atau Sunat. Sedangkan, 'Seza' dalam isitilah menenun berarti proses pemilahan dan penyusunan helai benang yang telah diberi motif sebelumnya. Pemilahan ini dilakukan agar membentuk pola atau gambar atau motif yang dinginkan. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena penenun harus pandai menghitung dan menempatkan bagian-bagian dari beberapa helai benang yang telah diberi motif tersebut agar mendapatkan hasil yang bagus. Bagian-bagian helai benang tersebut memiliki nama dan jumlah yang berbeda. Nama-nama tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bue sebanyak 3 helai
2. Gheko sebanyak 4 helai
3. Wuzi sebanyak 3 helai
4. Tekka sebanyak 5 helai
5. Mata, sesuai dengan kebutuhan.

"Mata" adalah benang berwarna hitam yang digunakan sebagai pemisah untuk urutan atau komposisi berikutnya. Biasanya hanya ada 2 komposisi.
Berikut ini adalah gambar dari komposisi "ZAWO GEZO/ZAWO METTU DHIKI"
Ket. Gambar:
1. Bue
2. Gheko
3. Bue
4. Wuzi
5. Bue
6.Gheko
7. Teka
8. Bue
9. Gheko
10. Wuzi
11. Bue
12. Gheko
13. Bue
14. Wuzi
15. Tekka
16. Mata
Urutan di atas telah menjadi ketentuan dalam pembuatan Zawo Gezo atau Zawo Mettu Dhiki.
Terima Kasih.

Kamis, 05 September 2013

RIWAYAT HIDUP SINGKAT BHARA NURI


Bhara Nuri dilahirkan di Ende pada 1835. Ayahnya bernama NURI (Bakka) dan ibunya bernama NOO NDEWI.
Nama Bhara Nuri sebenarnya adalah Bhara Nuzzi. Bhara artinya putih dan Nuzzi (Nuri) artinya bintik-bintik merah pada kulit.
Menurut adat atau kebiasaan masyarakat Ende, untuk orang yang dihormati tidak pernah dipanggil namanya. Nama kehormatan Bhara Nuri adalah TONI.
Orang Belanda menyebut dan menulis namanya, BHARA NOERI.
Bhara Nuri berasal dari Woro (Wozzo) Angi-angi, artinya bukit angin-angin yaitu sebuah bukit di puncak gunung Tombe Rabu. Bhara Nuri juga berasal dari Zia (Ria) Keppi yaitu sebuah gua alam yang ada di daerah Tombe Rabu.
Kakek Bhara Nuri, “Muda Wawo” diminta Raja Ende turun untuk memperkuat pasukannya. Raja Tinggal di AMBUTONDA dengan Tubu Musunya.
Tempat tinggal pertama sebelum pindah ke ONEKORE dan MANUNGOO adalah Mbuturowa (sekarang kelurahan PAUPIRE) di AEMBONGA yaitu di lapangan tempat dibangunnya Museum Rumah Adat Ende Lio, sedangkan tempat tinggal adiknya SUWETI yang memiliki banyak armada laut (kapal kayu) adalah di pantai Ende yang saat ini di samping Gedung Bhara Nuri.


SILSILAH BHARA NURI

KUNDUNGGA
JA
WATU
RAJA
REA
RANGGA
KEBBI
FURA
JEDHE
MBAKU
WAWO
WAWO melahirkan NOO NGGEI, MUDA, dan WOWO SAPA
MUDA menurunkan NOO NDEWI, BAKKA, dan JANGGO
BAKKA menurunkan KEWA KUMI, BHARA NURI, ARUBONE, BALHAKKU
JANGGO menurunkan UMAR, LABA, SUWETI, AMBU, NOO NGGAJA, NOO NDOIWA, NOO KOROANI

Dibawah KEWA KUMI (Asal Woloare) ada NOO NEKA (Asal Sumba), dan NOO ZEDA (Asal Baray)

Sumber: Buku Bhara Nuri (1887-1891) Dinas P dan K Kab. Ende (2000)

Bhara Nuri Na’u Nena

 
Bhara Nuri Na’u Nena
(Pesan Bhara Nuri)
Terjemahan dalam Bahasa Ende oleh Jamaludin Adjhar

Jao taha tazo ka tei rakya
Ata iwa
Mbou tana peka ta’a wazi
Mai tana kami
Ja’o to’o, ja’o lawa
Dheki tumba
Tau lawa
Suradadu paru je’o tendu
Ata lawa ja’o pate
Dhe, jao fonga selama
Tapi tazo, ari ka’e jo abe konggo
Karna na na ja’o tazo
Ja’o hara tazo, ja’o dhoa
Tei abe rita
Ate jo mesu, ozo gera jo pota,
Belanda jeba,
Ja’o ...
Ro peka kuni wazi
Nai re kapa ata wi tu ja’o
Ja’o abe wi tu tau Jawa
Iwa ka bhaze wazo
Hoe miu ata ja’o wezu
Ja’o na’u re miu
Ate miu ma’e bidi
.....
Tu’a ngere tu’a ko watu
Tu’a ngere tofa
No’o Kewa ne’e Mama Zeda
Ja’o sodho re miu ja’o mbana nai kapa
Ma’e rita
Ma’e susa
Eze ja’o mbana
Ata zatu woso
Tegu, Sewa ne’e Mbani Mbira
Tozo zeta no’o mu
Kewa dan Mama Zedha
Tozo mogha Tori ne’e Hawa
Sale Kase, Hasa Baba
Miu ata gati ja’o
Ja’o wi mbana nai kapa
Pabou si tembo miu
Ma’e pangera bea
Kalo miu iwa pabou
Tana na ata maza



Terjemahan: (sumber: Bhara Nuri (1887-1891), 2001:44-45)
Aku tidak tahan melihat rakyat
yang tidak berdaya terhadap Belanda
Merampas tanah lalu mengusir rakyat
Dari tanah tumpah darahnya
Aku bangun, akhirnya memberontak
Mengangkat tombak dan
Mengadakan perlawanan
Serdadu lari aku kejar
Yang menentang aku babat
Aduh aku ingin selamat
Tapi tidak bisa, adik kakakku dipasung
Karena itulah aku tak berdaya
Aku tidak punya harapan dan tidak tega
Melihat mereka menangis
Hatiku terenyuh, kemarahanku hilang.
Belanda menjebak,
Aku tak berdaya.
Sudah tak berdaya disuruh
Langsung naik ke kapal yang hendak membawaku
Aku hendak dibawa ke Jawa dan
Tak kembali lagi.
Wahai kamu yang ditinggalkan
Aku berpesan
Hatimu jangan ragu
Tetap teguh senantiasa
Keraslah kamu seperti batu
Kuatlah kamu seperti tofa
Tanta Kewa dan Mama Zedha
Aku pamit mau berangkat naik kapal
Jangan menangis
Jangan sedih
Meski aku pergi berlayar
Banyak orang masih ada
Tegu, Sewa dan Mbani,
Mbira,
Seringlah menengok
Tanta Kewa dan Mama Zedha
Perhatikan juga Tori dan
Hawa
Sale Kase, Hasa Baba
Kamu yang menggantikan aku
Aku mau pergi naik kapal
Bersatulah kalian
Jangan tercerai berai
Bila kamu tidak bersatu,
Negeri ini dicaplok orang