Berikut ini adalah bagian-bagian atau komposisi dari Peru Zawo Gezo/Zawo Metu Dhiki.
Proses Pembuatan Kain tenunan ini dinamakan SEZA. Kata 'Seza' dalam keseharian (bukan istilah dalam pembuatan tenunan) berarti Khitan atau Sunat. Sedangkan, 'Seza' dalam isitilah menenun berarti proses pemilahan dan penyusunan helai benang yang telah diberi motif sebelumnya. Pemilahan ini dilakukan agar membentuk pola atau gambar atau motif yang dinginkan. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena penenun harus pandai menghitung dan menempatkan bagian-bagian dari beberapa helai benang yang telah diberi motif tersebut agar mendapatkan hasil yang bagus. Bagian-bagian helai benang tersebut memiliki nama dan jumlah yang berbeda. Nama-nama tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bue sebanyak 3 helai
2. Gheko sebanyak 4 helai
3. Wuzi sebanyak 3 helai
4. Tekka sebanyak 5 helai
5. Mata, sesuai dengan kebutuhan.
"Mata" adalah benang berwarna hitam yang digunakan sebagai pemisah untuk urutan atau komposisi berikutnya. Biasanya hanya ada 2 komposisi.
Berikut ini adalah gambar dari komposisi "ZAWO GEZO/ZAWO METTU DHIKI"
Ket. Gambar:
1. Bue
2. Gheko
3. Bue
4. Wuzi
5. Bue
6.Gheko
7. Teka
8. Bue
9. Gheko
10. Wuzi
11. Bue
12. Gheko
13. Bue
14. Wuzi
15. Tekka
16. Mata
Urutan di atas telah menjadi ketentuan dalam pembuatan Zawo Gezo atau Zawo Mettu Dhiki.
Terima Kasih.
Minggu, 08 September 2013
Kamis, 05 September 2013
RIWAYAT HIDUP SINGKAT BHARA NURI
Bhara Nuri dilahirkan di Ende pada 1835.
Ayahnya bernama NURI (Bakka) dan
ibunya bernama NOO NDEWI.
Nama Bhara Nuri
sebenarnya adalah Bhara Nuzzi. Bhara
artinya putih dan Nuzzi (Nuri) artinya bintik-bintik merah pada kulit.
Menurut adat
atau kebiasaan masyarakat Ende, untuk orang yang dihormati tidak pernah
dipanggil namanya. Nama kehormatan Bhara Nuri adalah TONI.
Orang Belanda
menyebut dan menulis namanya, BHARA NOERI.
Bhara Nuri
berasal dari Woro (Wozzo) Angi-angi, artinya bukit angin-angin yaitu sebuah bukit di puncak
gunung Tombe Rabu. Bhara Nuri juga berasal dari Zia (Ria)
Keppi yaitu sebuah gua alam yang ada
di daerah Tombe Rabu.
Kakek Bhara Nuri, “Muda Wawo” diminta Raja Ende turun untuk memperkuat pasukannya. Raja
Tinggal di AMBUTONDA dengan Tubu Musunya.
Tempat tinggal pertama sebelum pindah ke ONEKORE dan MANUNGOO adalah Mbuturowa (sekarang kelurahan PAUPIRE)
di AEMBONGA yaitu di lapangan tempat dibangunnya Museum Rumah Adat Ende Lio,
sedangkan tempat tinggal adiknya SUWETI yang memiliki banyak armada laut (kapal
kayu) adalah di pantai Ende yang saat ini di samping Gedung Bhara Nuri.
SILSILAH BHARA NURI
KUNDUNGGA
JA
WATU
RAJA
REA
RANGGA
KEBBI
FURA
JEDHE
MBAKU
WAWO
WAWO melahirkan NOO NGGEI, MUDA, dan WOWO SAPA
MUDA menurunkan NOO NDEWI, BAKKA, dan JANGGO
BAKKA menurunkan KEWA KUMI, BHARA NURI, ARUBONE, BALHAKKU
JANGGO menurunkan UMAR, LABA, SUWETI, AMBU, NOO NGGAJA, NOO NDOIWA, NOO KOROANI.
Dibawah KEWA KUMI (Asal Woloare) ada NOO NEKA (Asal Sumba), dan NOO ZEDA (Asal Baray)
Sumber: Buku Bhara Nuri (1887-1891) Dinas P dan K Kab. Ende
(2000)
Bhara Nuri Na’u Nena
Bhara
Nuri Na’u Nena
(Pesan
Bhara Nuri)
Terjemahan
dalam Bahasa Ende oleh Jamaludin Adjhar
Jao
taha tazo ka tei rakya
Ata
iwa
Mbou
tana peka ta’a wazi
Mai
tana kami
Ja’o
to’o, ja’o lawa
Dheki
tumba
Tau
lawa
Suradadu
paru je’o tendu
Ata
lawa ja’o pate
Dhe,
jao fonga selama
Tapi
tazo, ari ka’e jo abe konggo
Karna
na na ja’o tazo
Ja’o
hara tazo, ja’o dhoa
Tei
abe rita
Ate
jo mesu, ozo gera jo pota,
Belanda
jeba,
Ja’o
...
Ro
peka kuni wazi
Nai
re kapa ata wi tu ja’o
Ja’o
abe wi tu tau Jawa
Iwa
ka bhaze wazo
Hoe
miu ata ja’o wezu
Ja’o
na’u re miu
Ate
miu ma’e bidi
.....
Tu’a
ngere tu’a ko watu
Tu’a
ngere tofa
No’o
Kewa ne’e Mama Zeda
Ja’o
sodho re miu ja’o mbana nai kapa
Ma’e
rita
Ma’e
susa
Eze
ja’o mbana
Ata
zatu woso
Tegu,
Sewa ne’e Mbani Mbira
Tozo
zeta no’o mu
Kewa
dan Mama Zedha
Tozo
mogha Tori ne’e Hawa
Sale
Kase, Hasa Baba
Miu
ata gati ja’o
Ja’o
wi mbana nai kapa
Pabou
si tembo miu
Ma’e
pangera bea
Kalo
miu iwa pabou
Tana na ata maza
Terjemahan:
(sumber: Bhara Nuri (1887-1891), 2001:44-45)
Aku
tidak tahan melihat rakyat
yang
tidak berdaya terhadap Belanda
Merampas
tanah lalu mengusir rakyat
Dari
tanah tumpah darahnya
Aku
bangun, akhirnya memberontak
Mengangkat
tombak dan
Mengadakan
perlawanan
Serdadu
lari aku kejar
Yang
menentang aku babat
Aduh
aku ingin selamat
Tapi
tidak bisa, adik kakakku dipasung
Karena
itulah aku tak berdaya
Aku
tidak punya harapan dan tidak tega
Melihat
mereka menangis
Hatiku
terenyuh, kemarahanku hilang.
Belanda
menjebak,
Aku
tak berdaya.
Sudah
tak berdaya disuruh
Langsung
naik ke kapal yang hendak membawaku
Aku
hendak dibawa ke Jawa dan
Tak
kembali lagi.
Wahai
kamu yang ditinggalkan
Aku
berpesan
Hatimu
jangan ragu
Tetap
teguh senantiasa
Keraslah
kamu seperti batu
Kuatlah
kamu seperti tofa
Tanta
Kewa dan Mama Zedha
Aku
pamit mau berangkat naik kapal
Jangan
menangis
Jangan
sedih
Meski
aku pergi berlayar
Banyak
orang masih ada
Tegu,
Sewa dan Mbani,
Mbira,
Seringlah
menengok
Tanta
Kewa dan Mama Zedha
Perhatikan
juga Tori dan
Hawa
Sale
Kase, Hasa Baba
Kamu
yang menggantikan aku
Aku
mau pergi naik kapal
Bersatulah
kalian
Jangan
tercerai berai
Bila
kamu tidak bersatu,
Negeri ini dicaplok orang
Langganan:
Postingan (Atom)