Analisis bentuk, makna, dan fungsi bahasa serta kategori kata dalam tuturan
“Soa Soza” pada masyarakat Ende
Tuturan:
E Ngga’e..... petu eku ro ri’a, baja bhawa..... tau tei kema ghena.....
Rejeki mura-mura..... tuka nge kambu mbeka......
Ao sa’o mbenu tenda..... woso zonggo kapa taga, ko’o ambu kajo......
Artinya:
Ya Tuhan..... jauhkan kami dari segala penyakit. Jika kami sakit, mohon disembuhkan. kuatkan tubuh jika kami kelelahan..... mudahkan kami dalam mendapatkan dan melakukan pekerjaan.....
Berikanlah kami kemurahan rejeki..... berikanlah kami banyak keturunan......
Berkumpul ramai dalam rumah tangga.... perbanyaklah sanak saudara dan keluarga kami, saudara dari nenek moyang kami.....
1. Analisis bentuk
a. Fonologi
Pada tuturan diatas terdapat beberapa kata yang jika dituturkan kata tersebut harus menggunakan bunyi vokal/e/ pepet yang dilambangkan dengan /æ/.Bunyi ini terdapat pada kata petu [pætu], kema [kæma], ghena [ghæna], mbeka [mbæka], dan mbenu [mbænu].
Mengapa demikian? Sesungguhnya jika fonem /a/ dan /e/ dibunyikan secara bersamaan atau dijadikan pepet (æ) maka lidah yang berguna sebagai artikulator itu akan merendah dan bagian tengah lidak akan dinaikkan sedikit dengan tidak menghalangi udara dari paru-paru.
Tuturan diatas juga terdapat gugus konsonan /gh/ pada kata ghæna, /mb/ pada kata mbæka, /bh/ pada kata bhawa dan /Ngg/ pada Ngga’e. Banyak kosa kata dalam bahasa Ende menggunakan gugus konsonan yang terdapat di awal kata. Adapun gugus konsonan yang terdapat dalam kosa kata bahasa Ende yakni nd, mb, ng, ngg dan gh. Bunyi gugus konsonan /gh/ diucapkan dengan menaikkan belakang lidah sampai mengenai langit-langit lunak dan membiarkan udara melewati samping atau daun lidah sehingga menimbulkan getaran pada kerongkongan.
Kalimat diatas juga terdapat vokal ganda yang tidak diikuti oleh konsonan yakni pada kata “ao”. Secara leksikal kata “ao” berarti ribut, gaduh, kacau. Meskipun tidak ada konsonan yang mendampingi, baik di awal kata maupun di akhir kata, kata ini tetap berfungsi dan dipahami oleh pemakai bahasa Ende. Adapun kosa kata dalam bahasa Ende, khususnya vokal berganda yang digunakan untuk dipakai dalam berkomunikasi sehari-hari seperti pada kata oa (telanjang), yi?a (teringat kembali), au (bambu), ae (air), e?a (tempurung kelapa),eu (pohon pinang), ua (rotan), ai (seruan yang menyatakan tidak tahu), dan lain-lain.
b. Morfologi
Pada kalimat “Rejeki mura-mura”, terdapat kata ulang “mura-mura” yang diadopsi dari bahasa Indonesia yang berarti murah. Pengulangan atau reduplikasi yang terdapat dalam kata ini merupakan pengulangan secara utuh/ulang utuh yang memiliki makna intensitas atau jumlah(banyak). Karena, sesuai dengan konteks tuturannya,tuturan ini memohon pemberian rejeki yang banyak dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
c. Analisis Sintaksis
Sebagian besar dari tuturan diatas menggunakan frase. Frase dibentuk dari dua buah kata atau lebih dan mengisi salah satu fungsi sintaksis (Chaer, 2009: 39). Pada frase “ambu kajo” misalnya, memiliki penyusunan frase yang berstruktur N + N (nomina + nomina). Begitu pula pada frase “kambu mbeka” dan “mbenu tenda” yang berstruktur N + N. Sedangkan pada frase “tau tei” dan “kema ghena” berstruktur V + N.
2. Analisis makna
Secara keseluruhan tuturan “Soa Soza” diatas memiliki makna permintaan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk diberikan perlindungan kepada diri orang yang menuturkannya. Menurut orang jaman dahulu, tuturan ini dipakai sebagai pengganti do’a yang menggunakan bahasa Arab (Umat Muslim). Tuturan ini dipakai bukan berarti waktu itu mereka belum mempunyai agama atau mereka menyembah selain Tuhan akan tetapi mereka belum menguasai bahasa Arab khususnya dalam Kitab Suci Al-Qur’an.
Adapun makna secara tata bahasa akan dijelaskan sebagai berikut:
Bunyi fonem /E/ pada kalimat “E Ngga’e” merupakan panggilan atau seruan kepada Tuhan untuk memohon sesuatu. Bunyi /E/ disini sudah diubah menjadi sebuah kalimat. Karena itu, /E/ pada kalimat diatas bukan menjadi sebuah fonem melainkan kata.
Kalimat “petu eku ro ri’a”bermakna sebuah permohonan kepada Tuhan agar penyakit yang diderita tidak berkepanjangan. Kata petu dan ro sama-sama mempunyai arti sakit sedangkan eku dan ri’a sama-sama berarti sembuh. Begitupun dengan kalimat “tau tei kema ghena”. Dalam konteks tuturan ini, kata tau dan kema sama-sama memiliki makna pekerjaan, bekerja atau berbuat sesuatu sedangkan kata tei dan ghena, dalam konteks tuturan ini, memiliki makna datang atau terlihat.
Sedang, pada kalimat “tuka nge kambu mbeka” memiliki makna permohonan agar memperbanyak angka kelahiran atau memperbanyak anak atau keturunan. Kalimat ini dipakai atas dasar pemahaman bahwa banyak anak berarti rejeki pun banyak. Kata tuka nge sendiri jika artikan secara leksikal berarti perut yang terus membesar, namun secara gramatikal–setelah menjadi sebuah ungkapan/idiom–memiliki makna memperbanyak angka kelahiran. Kata nge dan mbeka sendiri sama-sama memiliki arti berkembang/banyak. Sedangkan kata kambu–secara leksikal–berarti perutdan secara gramatikal memiliki makna generasi/keturunan.
Adapun kalimat “Rejeki mura-mura” merupakan pengadopsian dari bahasa Indonesia yang bermakna permohonan kepada Tuhan agar dimurahkan rejeki dalam setiap pekerjaan.
Tiap kalimat dalam tuturan diatas memiliki makna yang sama. Biasanya kalimat tersebut digunakan masyarakat sebagai ungkapan dalam berkomunikasi sehari-hari.
3. Analisis fungsi
Fungsi menurut teori sintaksis adalah peran sebuah kata dalam kalimat. Peran yang dimaksud adalah sebagai subjek predikat dan objek. Namun, pada tuturan “Soa Soza” ini saya tidak menemukan fungsi demikian, akan tetapi tuturan ini banyak menggunakan ungkapan/idiom. Untuk menjelaskan fungsi ungkapan itu sendiri telah dijelaskan pada analisis yang terdahulu.
4. Analisis Kategori Kata/Jenis Kata
Gloss | Arti Kata | Jenis Kata |
E Ngga’e Petu Eku Ro Ri’a Baja Bhawa Tau Tei Kema Ghena Rejeki Mura Tuka Nge Kambu Mbeka Ao Sa’o Mbenu Tenda Woso Zonggo Kapa Taga Ko’o Ambu Kajo | Hai, Ya! Tuhan Panas Lembut, lunak Sakit Sembuh, baik, bagus Pegal Sembuh dari sakit Buat, membuat Lihat, melihat Kerja Datang, tiba Rejeki Murah Perut (bagian luar) Bertambah, berkembang Perut (bagian dalam) Berkembang biak Ribut Rumah Penuh Rumah Banyak Belakang Banyak, tebal. Saudara Punya, kepunyaan Nenek Moyang | Verba Nomina Adjektiva Adjektiva Nomina Nomina Nomina Nomina Verba Verba Verba Verba Nomina Adjektiva Nomina Verba Nomina Verba Verba Nomina Nomina Nomina Adjektiva Nomina Adjektiva Nomina Adverbia Nomina Nomina |
5. Analisis Suku Kata/Silabe
E Ngga-e pe-tu e-ku ro ri-a ba-ja bha-wa ta-u te-i
v kkkv-v kv-kv v-kv kv kv-v kv-kv kkv-kv kv-v kv-v
ke-ma ghe-na
kv-kv kkv-kv
Re-je-ki mu-ra mu-ra tu-ka nge kam-bu mbe-ka
k-vk-vkv kv-kv kv-kv kv-kv kkv kvk-kv kkv-kv
Ao sa-o mbe-nu ten-da wo-so zong-go ka-pa
vv kv-v kkv-kv kvk-kv kv-kv kvkk-kv kv-kv
ta-ga ko-o am-bu ka-jo
kv-kv kv-v vk-kv kv-kv
6. Vokal yang banyak muncul
Vokal yang sering muncul dalam tuturan “Soa Soza” diatas adalah vokal [a]. Hampir pada setiap kata dimasuki bunyi vokal ini. Vokal [a] sendiri adalah salah satu vokal yang sangat produktif dalam bahasa manapun, termasuk dalam bahasa daerah.
7. Diksi
Diksi dengan kata lain pilihan kata yang ada dalam sebuah kalimat atau dalam hal ini sebuah tuturan adat adalah kata-kata yang menjadi pokok atau yang mewakili kata-kata lain dalam satu kalimat. Adapun diksi atau pilihan kata dalam tuturan Soa Soza ini adalah [æku], [ri’a], [bhawa], ]tei], [gh æna], [mura], [nge], [mbæka], [mbænu], [woso], dan [kapa].
Kata-kata diatas dijadikan sebagai diksi karena kata-kata tersebut sebagai pokok atau inti dari permohonan atau Soa Soza.
Soa Soza sendiri memiliki pengertian memanggil kembali atau memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mengembalikan keadaan atau segala sesuatu yang telah hilang seperti sedia kala seperti mengembalikan kesehatan, rejeki, dan sebagainya.
eja seram ew...
BalasHapusbagi ilmu analisis suku kata ro..
Hahahahahaha... Ka'e jodoh e😆
BalasHapus