Permainan Tradisional Daerah Ende (Barai-Borokanda)


Masa kanak-kanak memang sangat mengasyikkan dan menggembirakan. Bermain sesuka hati bersama teman-teman.
Banyak permainan yang dimainkan. Permainannya pun tidak seperti permainan yang dimainkan anak-anak jaman sekarang. Permainan yang kami mainkan adalah permainan tradisional yang sekarang sudah jarangdimainkan oleh anak-anak bahkan ada yang sudah tidak dimainkan lagi. Di jaman sekarang, anak-anak sudah banyak membeli dan memainkan permainan moderen seperti Playstation, Gamebox, PSP, Game online bagi anak-anak di kota dan sebagainya. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu dahsyat menghipnotis anak-anak di jaman sekarang. Namun, disini saya akan membagikan pengalaman saya sewaktu kecil tentang permainan-permainan tradisional yang biasa saya mainkan bersama teman-teman.
Kami biasanya membuat permainan tradisional itu sendiri atau kami meminta bantuan orangtua kami jika kami mendapat kesulitan. Permainan-permainan itu ada yang terbuat dari kayu, plastik bekas, besi bekas, kertas buku tulis yang tidak terpakai dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut selain mudah didapatkan dan tidak mengeluarkan biaya juga proses pembuatannya tidak terlalu sulit.
Permainan-permainan yang sering kami mainkan bermacam-macam, antara lain:
1.      Ozo Laga (semacam mobil-mobilan)
Ozo laga dibagi menjadi 5 macam:
1.      Laga Wara
Mobil-mobilan yang terbuat dari kayu dengan panjang kurang lebih 2 meter sebagai badan mobil dan diujung kayu ini dibuat semacam penyangga yang berfungsi sebagai tempat untuk as rodaserta kayu dengan panjang kurang lebih 20-30cm sebagai setirnya.Untuk membuat roda biasanya menggunakan batang baterai sebagai as roda dan lapisan plastik penutup baterai bagian dalam sebagai bannya. Biasanya menggunakan empat buah ban dan dipasang secara berhadapan. Namun, roda yang terbuat dari baterai bekas ini tidak tahan lama karena jika terlalu sering dimainkan bagian tengah as roda akan mengecil dan pasti mudah patah jika menabrak sesuatu. Ada juga yang membuat roda dari kayu. Cara memainkannya adalah dengan menaruh kayu panjang tadi di atas bahu dan tangan memegang setir lalu orang yang memainkannya berjalan seperti jalan biasa.Tapi agar lebih terasa asyik dimainkan biasanya pemain menirukan suara knalpot mobil yang asli.Brmmm... Brmmm... Ngeeeeeeeng!!!

2.      Laga Dheo
Berbeda dengan yang diatas. Proses pembuatan untuk mobil-mobilan ini cukup sulit sehingga diperlukan bantuan orang dewasa untuk membuatnya. Bahan-bahan yang digunakan pun bermacam-macam seperti sandal bekas sebagai roda, senar yang biasa digunakan untuk memancing, paku kecil sebagai tautan pengendali, triplek, balok, besi bekas ukuran kecil dan binen sebagai renda atau “alas lumpur”. Cara membuatnya adalah terlebih dahulu membuat bagian depan mobil dengan menempelkan triplek ukuran 12x8 cm pada balok dengan ukuran 7x5 cm dengan paku. Lalu, buat lengkungan untuk menaruh as roda dengan menggunakan 2 buah paku kecil dengan sejajar. Masukkan roda yang telah dibuat dengan menggunakan sandal bekas dan besi kecil sebagai as roda pada balok yang telah diberi tempat untuk as roda. Setelah itu, pakukan bilah bambu berukuran kurang lebih 2 meter pada bagian depan mobil yang sudah jadi. Usahakan paku yang ditancapkan tidak terlalu dalam karena untuk memudahkan mobil saat memutar atau belok. Pada bagian atas bilah bambu ini dibuat setir dan pada bagian as setir diberi senar yang ujungnya disambungkan dengan bagian depan mobil tadi. Nah, mobil-mobilan ini siap dimainkan. Brmmm.... Brmmm.... Brmm!!!!




3.      Oto Wi
Sesuai dengan namanya, permainan ini adalah mobil-mobilan yang dimainkan dengan cara ditarik (Wi artinya tarik). Mobil-mobilan ini ukurannya kecil. Pembuatannya pun cukup mudah. Badannya terbuat dari tempat sabun mandi bekas sedangkan rodanya terbuat dari buah “Beo” (Bahasa Ende) yang berbentuk bulat. Untuk membuatnya hanya dengan mengiris tipis dua bagian buah tersebut untuk diratakan dan setelah itu ditusuk dengan lidi pada bagian yang telah diratakan. Lidi tersebut dijadikan sebagai as roda. Setelah semua roda selesai dibuat, roda tersebut ditautkan pada badan mobil dengan menggunakan karet gelang. Lalu, bagian depan mobil diberi lubang dan diikatkan dengan tali agar bisa diikatkan lagi pada sepotong kayu yang berfungsi sebagai pengendali. Untuk mendapatkan hasil yang unik biasanya diberi renda atau hiasan-hiasan lain agar terlihat lebih bagus.

4.      Laga Ghoro
Permainanini biasanya dimainkan di tepi pantai yang miring karena hanya menggunakan roda untuk digelinding.Jika akan bermain, terlebih dahulu membuat arena balapan dengan menggunakan bantuan bokong.Caranya adalahmenarik kaki salah seorang pemain agar arena balapan lebih rapi dan mulus. Dan biasanya pada arena tersebut dibuat semacam gundukkan pasir agar roda bisa melompat. Kurang lebih seperti balapan Motor Cross. Balapan yang dimainkan adalah hanya menggunakan bahan dari plastik yang berbentuk lingkaran (tutup botor minuman) sebagai roda dan biasanya ditambahkan sejenis spons tipis sebagai pemberat agar roda dapat berlari kencang.

5.      Laga Ban Bekas
Ban bekas yang digunakan biasanya ban sepeda motor yang dimainkan dengan cara memukul ban tersebut dengan sepotong kayu agar bisa berjalan. Namun, cara memukulnya adalah dengan

2.      Pa Nabhe (Petak Umpet)
Ada berbagai macam permainan petak umpet (Pa Nabhe), antara lain:
1.      Jip-jip Osa atau Jip-jip Kapido
Cara memaninkannya cukup mudah. Hanya dengan menunjukkan jari keatas pada telapak tangan pada salah seorang yang bertugas sebagai penangkap jari saat lagu akan diakhiri. Tugas ini dilakukan agar yang ditangkap dikenakan sanksi sebagai penjaga dan yang tidak ditangkap jarinya akan bersembunyi agar dicari oleh pemain yang tertangkap jarinya. Pemain yang berhasil menyentuh tempat dimana penjaga berada maka dia akan meneriakan “Ampolo” sedangkan pemain yang tertangkap akan dijadikan penjaga berikutnya.
Berikut lagu yang dinyanyikan dalam permainan ini:
Jip-jip osa ali waja raji
Sai naka piso, ja’o naka piso
Ali o... ali o...

Atau;
Jaip-jip kapido, kapido ae mamu
Ae mamu lesu, lesu bunga tao
Tao tipu tiu,
Sajube mata dadu-mata dadu
Jube...

2.      Wi Ho
Hampir mirip dengan Jip-jip Osa/Jip-Jip Kapidohanya saja permainan ini hanya dimainkan oleh anak laki-laki karena dalam permainan ini mirip seperti tentara yang berperang dan dibutuhkan kejelian saat bersembunyi.

Mula-mula semua pemain berkumpul dan dibagi menjadi dua kelompok dengan cara “Susten atau Hompila”. Setelah dibagi kedua kelompok ini masing-masing akan berpencar dan bersembunyi. Cara mematikan musuh sangat gampang. Hanya dengan menyebut nama musuh, maka musuh akan “mati”. Kelompok yang pertama kali “mati” adalah kelompok yang kalah dan kelompok yang menang biasanya akan mencoreng wajah kelompok yang kalah dengan arang. Dan ini melalui persetujuan antar dua kelompok yang bermain.

3.      Tanga Zuka
Sarung (Dalam Bahasa Ende: Zuka) adalah sarana yang dibutuhkan dalam permainan ini.Sarung digunakan sebagai penutup seluruh tubuh para pemain agar tidak dikenali oleh penjaga. Sebelum bermian, para pemain harus diundi untuk menjadi penjaga dengan menggunakan “susten atau hompila”. Penjaga akan menebak pemain yang berada dibalik sarung tersebut. Sangat sulit sekali penjaga mengenali pemain karena sarung yang dikenakan akan diganti-ganti oleh pemain yang bersembunyi. Oleh karena itu, jumlah pemain dibatasi. Tidak lebih dari 5 orang. Pemain yang berhasil ditebak akan menjadi penjaga berikutnya.

3.      Ogo
Di setiap daerah pasti ada permainan ini. Ada beberapa jenis “Ogo” dengan namanya masing-masing. Namun disini saya hanya menulis satu dari semua “Ogo” yang ada di daerah saya. Permainan ini dimainkan dengan cara melompat-lompat oleh dua orang atau dalam bentuk kelompok dengan menggunakan batu pipih kecil sebagai penanda pada setiap kotak “Ogo”. Pemain yang berhasil melewati satu kali putaran dengan mengambil batu diluargaris kotak terakhir tanpa melihat, dia berhak untuk menempati kotak pertama sebagai daerah miliknya. Pemain lain dilarang untuk menginjak daerah yang telah menjadi milik lawannya. Dan yang paling susah saat melompat ialah ketika beberapa kotak “Ogo” telah dikuasai oleh pemain lawan karena harus melompat pada daerah yang belum menjadi kekuasaannya. Tapi, biasanya pemain yang memiliki banyak daerah akan memberikan seperempat dari daerah terdekat kepada pemain lain sebagai daerah untuk melompat.
Lebih sulitnya lagi ketika pemain lain akan melewati satu putaran dan akan merebut kembali daerah yang telah dikuasai pemain lawan karena harus merentangkan tubuhnya agar bisa menulis nama pada daerah yang telah dikuasai lawan.
Adapun beberapa aturan dalam permainan ini, antara lain:
1.      Dilarang menginjak garis yang telah ditentukan.
2.      Saat akan melempar batu, tumit tidak boleh dijinjit.
3.      Dilarang berbicara dan memperlihatkan gigi saat melompat.
4.      Dilarang meminta izin ketika masih berada dalam kotak.
5.      Diluar garis terakhir, saat akan mengambil batu, pemain dilarang untuk melihat saat mengambilnya (membelakangi batu).
6.      Pemain yang menang atau berhasil menduduki semua kotak biasanya akan memberi sanksi kepada pemain yang kalah.

4.      Boi
Dalam permainan ini dibutuhkan tenaga, pikiran serta takktik untuk bermain. Taktik yang digunakan ialah bagaimana kelompok menyusun beberapa batu pipih batu pipih yang telah diruntuhkan.
Mula-mula pemain dibagi dalam dua kelompok dan satu diantaranya harus menjaga batu pipih yang sudah disusun pada awal permainan. Kelompok yang tidak menjaga akan meruntuhkan batu pipih yang disusun keatas tadi dengan menggunakan bola yang terbuat dari tumpukan kertas dan diikat dengan menggunakan karet gelang. Kelompok yang tidak menjaga harus menata kembali batu pipih yang telah diruntuhkan oleh mereka sendiri pada awal permainan dan tiap anggota harus hati-hati karena kelompok penjaga akan melempari anggota yang tidak menjaga dengan bola kertas tadi. Anggota kelompok yang terkena lemparan sudah pasti akan “mati”. Namun, ini hanya berlaku untuk satu orang saja dan anggota yang lain tetap bermain dan berusaha menyusun kembali batu yang telah diruntuhkan tadi.

5.      Meriam
Ini bukan memainkan meriam yang digunakan oleh para tentara jaman dulu atau meriam yang digunakan oleh bajak laut. Ini hanyalah nama sebuah permainan yang dimainkan dengan menggunakan dua buah kayu dengan ukuran yang berbeda. Kayu panjang sebagai “ibu” dan kayu pendek sebagai “anak”. Jumlah pemain maksimal 2 orang.
Sebelum bermain, pemain akan memilih siapa yang pertama kali akan menjaga. Pemain penjaga akan menangkap kayu yang dilemparkan oleh pemain pertama. Adapun cara bermain dalam permainan ini adalah:
1.      Membuat lubang di tanah dengan panjang sesuai dengan ukuran kayu “ibu” serta kedalamannya disesuaikan sehingga rata dengan permukaan tanah.
2.      Menaruh kayu “ibu” pada lubang tadi dan kayu “anak” dengan posisi silang. Posisinya kurang lebih mirip salib.
3.      Pemain pertama melempar atau lebih lazimnya mencungkil kayu “anak” sehingga terlempar ke udara dan pemain penjaga harus berusaha menangkapnya karena jika berhasil menangkap kayu “anak” tadi maka akan mendapat nilai 50.
4.      Lalu, pemain pertama akan menaruh kembali kayu “ibu” kedalam lubang dan emain penjaga akan melemparkan kembali kayu “anak” tadi agar mengenai kayu “ibu”. Jika mengenai kayu “ibu” maka akan bertukar tempat. Pemain pertama akan menjadi penjaga.
Jika tidak, pemain pertama akan melanjutkan permainan dengan memukul kayu “anak” dengan menggunakan kayu “ibu” sehingga terlempar kembali kearah pemain penjaga dan lagi-lagi penjaga harus kembali berusaha untuk menangkapnya. Jika berhasil akan mendapat nilai 50.