Hitungan dalam Bahasa Ende sama
seperti pada bahasa-bahasa lainnya. Hanya saja dibahasakan ke dalam bahasa
daerah Ende. Adapun hitungan dalam bahasa Ende adalah sebagai berikut:
1
= satu : esa, seesa
Sebutan untuk angka satu
sebenarnya esa, namun masyarakat
penutur BE lebih banyak atau lebih dominan menggunakan seesa, padahal kata seesa
artinya sebuah, bukan satu.
2
= dua : rua, esa rua
Sebutan untuk angka dua
sebenarnya rua, namun masyarakat
penutur BE lebih dominan menggunakan esarua
yang arti sebenarnya adalah dua buah, bukan dua.
3
= tiga : terhu, esa terhu
Sebutan untuk angka tiga
sebenarnya tezu, namun masyarakat
penutur BE lebih dominan menggunakan esatezu
yang arti sebenarnya adalah tiga buah, bukan tiga.
4
= empat : wutu, esa wutu
Sebutan untuk angka empat
sebenarnya wutu, namun masyarakat
penutur BE lebih dominan menggunakan esawutu
yang arti sebenarnya adalah empat buah, bukan empat.
5
= lima : rhima, esa rhima
Sebutan untuk angka lima
sebenarnya zima, namun masyarakat
penutur BE lebih dominan menggunakan esazima
yang arti sebenarnya adalah lima buah, bukan dua.
Angka lima disebut zima disebabkan karena dalam bahasa Ende
zima artinya tangan yang memiliki
jari (kanga. BE) yang berjumlah lima.
Oleh karena itu, sebutan untuk angka lima juga berasal dari jumlah jari yang
ada pada manusia.
6
= enam : rhima esa
Sebutan zimaesa untuk angka enam berasal dari zima dan esa. Zima artinya lima sedangkan esa
artinya satu. Lima ditambah satu
sama dengan enam. Jadi, sebutan untuk angka enam yang berdiri sendiri dalam BE
tidak ada melainkan berasal dari penjumlahan angka 5 (zima/lima) ditambah 1 (esa/satu).
7
= tujuh : rhima rua
Sama halnya dengan sebutan
untuk angka enam. Sebutan untuk angka tujuh berasal dari penjumlahan angka 5 (zima) ditambah dengan 2 (rua). 5 + 2 = 7 atau zima ditambah rua sama dengan zima rua.
8
= delapan : rua mbutu
Sebutan untuk angka delapan
berbeda dengan penyebutan angka satu sampai dengan tujuh. Sebutan angka delapan
diperoleh dari mbutu atau mburhu (10) dikurangi rua (2) yang hasilnya adalah delapan
(8).
Keterangan: penyebutan angka 10 dalam BE
yang sebenarnya adalah mburhu. Oleh
karena artikulasi yang terlalu cepat dalam berkomunikasi dan tidak ada sebutan
khusus untuk angka 8, maka fonem /rh/ diganti dengan fonem /t/ untuk membedakan
penyebutan angka 10 dan angka 8.
9
= sembilan : tera esa
Untuk angka 9, juga tidak ada
sebutan khusus dalam BE. Sebutan angka 9 berasal dari sebutan 10 dikurangi 1 (esa). Jika diucapkan memang tidak
didengar kata mburhu atau 10 yang
dalam hal ini digunakan sebagai angka untuk menentukan sebutan angka 9. Namun,
karena angka 9 dekat dengan angka 10, maka angka 10 diganti dengan sebutan tera. Kata tera dalam BE berarti retak atau menjadi berkurang. Sekilas memang
tidak ada hubungan sama sekali dengan angka yang disebutkan di atas namun,
menurut pengertian masyarakat penutur BE angka 9 adalah angka 10 utuh (mburhu) yang retak (tera) 1 (esa). Atau 10
kurang (tera/retak) 1 sama dengan 9 (tera esa).
10
= sepuluh : mburhu, semburhu
Sebutan angka 10 adalah sebutan
yang sebenarnya dalam BE. Jadi, sebutan untuk angka 10 bukan terjadi karena
penambahan ataupun pengurangan dari angka lain. Namun, yang dipakai dalam
berkomunikasi sehari-hari adalah semburhu,
bukan mburhu.
11 = semburhu (10) + se esa (1)
12 = semburhu (10) + esa rua
(2)
13 = semburhu (10) + esa terhu
(3)
14 = semburhu (10) + esa wutu
(4)
15 = semburhu (10) + esa rhima
(5)
16 = semburhu (10) + esa rhima
(5) + esa (1)
17 = semburhu (10) + esa rhima
(5) + rua (2)
18 = semburhu (10) + rua (2)
dikurangi oleh mbutu/mburhu (-10)
19 = semburhu (10) + tera (10)
– esa (1)
20 = mburhu (10) rua (2),
artinya 10 sebanyak 2 kali.
21 = mburhu rua (20) + se esa
(1)
30 = mburhu (10) terhu (3),
artinya 10 sebanyak 3 kali
40 = mburhu (10) wutu (4),
artinya 10 sebanyak 4 kali
50 = mburhu (10) rhima (5),
artinya 10 sebanyak 5 kali
60 = mburhu (10) rhima (5) esa
(1), artinya 10 sebanyak 5 + 1 = 6 kali
70 = mburhu (10) rhima (5) rua
(2), artinya 10 sebanyak 5 + 2 = 6 kali
80 = mburhu (10) rua (2)
dikurangi oleh mbutu/mburhu (-10) atau 10 sebanyak 10 – 2 = 8 kali
90 = mburhu (10) tera (10) –
esa (1), atau 10 sebanyak 10 – 1 = 9 kali
100 = sengasu
200 = ngasu (100) rua (2),
artinya 100 sebanyak 2 kali
300 = ngasu (100) terhu (3),
artinya 100 sebanyak 3 kali
1.000 = seriwu
2.000 = riwu (1.000) rua (2),
artinya 1.000 sebanyak 2 kali
10.000 = riwu (1.000) semburhu
(10), artinya 1.000 sebanyak 10 kali
100.000 = riwu (1.000) sengasu
(100), artinya 1.000 sebanyak 100 kali
1.000.000 = sekanga
Sebagian besar penyebutan
angka-angka tersebut bukan berasal dari angka itu sendiri melainkan hasil
penambahan dan pengurangan dari angka-angka lain seperti yang dijelaskan di
atas. Artinya, tidak ada sebutan khusus untuk angka seperti halnya dalam Bahasa Indonesia.
Misalnya bilangan 1 disebut ‘satu’, 2 disebut ‘dua’ 6 disebut ‘enam’, atau 8
disebut ‘delapan’. Bukan 6 disebut ‘lima tambah satu’ atau 8 disebut ‘sepuluh
dikurangi dua’.
Jika ada teman-teman yang mau
menyebutkan angka yang belum saya sebutkan di atas, silakan berpikir sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar