Rabu, 31 Juli 2013

SEBUTAN ANGKA ATAU HITUNGAN DALAM BAHASA ENDE

Hitungan dalam Bahasa Ende sama seperti pada bahasa-bahasa lainnya. Hanya saja dibahasakan ke dalam bahasa daerah Ende. Adapun hitungan dalam bahasa Ende adalah sebagai berikut:

1 = satu : esa, seesa
Sebutan untuk angka satu sebenarnya esa, namun masyarakat penutur BE lebih banyak atau lebih dominan menggunakan seesa, padahal kata seesa artinya sebuah, bukan satu.
2 = dua : rua, esa rua
Sebutan untuk angka dua sebenarnya rua, namun masyarakat penutur BE lebih dominan menggunakan esarua yang arti sebenarnya adalah dua buah, bukan dua.
3 = tiga : terhu, esa terhu
Sebutan untuk angka tiga sebenarnya tezu, namun masyarakat penutur BE lebih dominan menggunakan esatezu yang arti sebenarnya adalah tiga buah, bukan tiga.
4 = empat : wutu, esa wutu
Sebutan untuk angka empat sebenarnya wutu, namun masyarakat penutur BE lebih dominan menggunakan esawutu yang arti sebenarnya adalah empat buah, bukan empat.
5 = lima : rhima, esa rhima
Sebutan untuk angka lima sebenarnya zima, namun masyarakat penutur BE lebih dominan menggunakan esazima yang arti sebenarnya adalah lima buah, bukan dua.
Angka lima disebut zima disebabkan karena dalam bahasa Ende zima artinya tangan yang memiliki jari (kanga. BE) yang berjumlah lima. Oleh karena itu, sebutan untuk angka lima juga berasal dari jumlah jari yang ada pada manusia.
6 = enam : rhima esa
Sebutan zimaesa untuk angka enam berasal dari zima dan esa. Zima artinya lima sedangkan esa artinya satu. Lima ditambah satu sama dengan enam. Jadi, sebutan untuk angka enam yang berdiri sendiri dalam BE tidak ada melainkan berasal dari penjumlahan angka 5 (zima/lima) ditambah 1 (esa/satu).
7 = tujuh : rhima rua
Sama halnya dengan sebutan untuk angka enam. Sebutan untuk angka tujuh berasal dari penjumlahan angka 5 (zima) ditambah dengan 2 (rua). 5 + 2 = 7 atau zima ditambah rua sama dengan zima rua.
8 = delapan : rua mbutu
Sebutan untuk angka delapan berbeda dengan penyebutan angka satu sampai dengan tujuh. Sebutan angka delapan diperoleh dari mbutu atau mburhu (10) dikurangi rua (2) yang hasilnya adalah delapan (8).
Keterangan: penyebutan angka 10 dalam BE yang sebenarnya adalah mburhu. Oleh karena artikulasi yang terlalu cepat dalam berkomunikasi dan tidak ada sebutan khusus untuk angka 8, maka fonem /rh/ diganti dengan fonem /t/ untuk membedakan penyebutan angka 10 dan angka 8.
9 = sembilan  : tera esa
Untuk angka 9, juga tidak ada sebutan khusus dalam BE. Sebutan angka 9 berasal dari sebutan 10 dikurangi 1 (esa). Jika diucapkan memang tidak didengar kata mburhu atau 10 yang dalam hal ini digunakan sebagai angka untuk menentukan sebutan angka 9. Namun, karena angka 9 dekat dengan angka 10, maka angka 10 diganti dengan sebutan tera. Kata tera dalam BE berarti retak atau menjadi berkurang. Sekilas memang tidak ada hubungan sama sekali dengan angka yang disebutkan di atas namun, menurut pengertian masyarakat penutur BE angka 9 adalah angka 10 utuh (mburhu) yang retak (tera) 1 (esa). Atau 10 kurang (tera/retak) 1 sama dengan 9 (tera esa).
10 = sepuluh : mburhu, semburhu
Sebutan angka 10 adalah sebutan yang sebenarnya dalam BE. Jadi, sebutan untuk angka 10 bukan terjadi karena penambahan ataupun pengurangan dari angka lain. Namun, yang dipakai dalam berkomunikasi sehari-hari adalah semburhu, bukan mburhu.

11 = semburhu (10) + se esa (1)
12 = semburhu (10) + esa rua (2)
13 = semburhu (10) + esa terhu (3)
14 = semburhu (10) + esa wutu (4)
15 = semburhu (10) + esa rhima (5)
16 = semburhu (10) + esa rhima (5) + esa (1)
17 = semburhu (10) + esa rhima (5) + rua (2)
18 = semburhu (10) + rua (2) dikurangi oleh mbutu/mburhu (-10)
19 = semburhu (10) + tera (10) – esa (1)
20 = mburhu (10) rua (2), artinya 10 sebanyak 2 kali.
21 = mburhu rua (20) + se esa (1)
30 = mburhu (10) terhu (3), artinya 10 sebanyak 3 kali
40 = mburhu (10) wutu (4), artinya 10 sebanyak 4 kali
50 = mburhu (10) rhima (5), artinya 10 sebanyak 5 kali
60 = mburhu (10) rhima (5) esa (1), artinya 10 sebanyak 5 + 1 = 6 kali
70 = mburhu (10) rhima (5) rua (2), artinya 10 sebanyak 5 + 2 = 6 kali
80 = mburhu (10) rua (2) dikurangi oleh mbutu/mburhu (-10) atau 10 sebanyak 10 – 2 = 8 kali
90 = mburhu (10) tera (10) – esa (1), atau 10 sebanyak 10 – 1 = 9 kali
100 = sengasu
200 = ngasu (100) rua (2), artinya 100 sebanyak 2 kali
300 = ngasu (100) terhu (3), artinya 100 sebanyak 3 kali
1.000 = seriwu
2.000 = riwu (1.000) rua (2), artinya 1.000 sebanyak 2 kali
10.000 = riwu (1.000) semburhu (10), artinya 1.000 sebanyak 10 kali
100.000 = riwu (1.000) sengasu (100), artinya 1.000 sebanyak 100 kali
1.000.000 = sekanga

Sebagian besar penyebutan angka-angka tersebut bukan berasal dari angka itu sendiri melainkan hasil penambahan dan pengurangan dari angka-angka lain seperti yang dijelaskan di atas. Artinya, tidak ada sebutan khusus untuk angka  seperti halnya dalam Bahasa Indonesia. Misalnya bilangan 1 disebut ‘satu’, 2 disebut ‘dua’ 6 disebut ‘enam’, atau 8 disebut ‘delapan’. Bukan 6 disebut ‘lima tambah satu’ atau 8 disebut ‘sepuluh dikurangi dua’.
Jika ada teman-teman yang mau menyebutkan angka yang belum saya sebutkan di atas, silakan berpikir sendiri.

Jangan sampai salah penyebutannya, ya!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar