Sabtu, 29 Oktober 2011

Serba-serbi Penggunaan Bahasa Orang Ende (Barai)

WUZA MEZE (Gerhana Bulan)
Lagu ini dinyanyikan saat terjadi gerhana bulan. Biasanya gerhana bulan terjadi pada malam hari. Ketika terjadi hal ini, orang-orang akan menyanyikan lagu ini dengan membunyikan apa saja dengan harapan agar bulan “tidak tenggelam” dan bulan mau mendengarkan bunyi-bunyian yang bunyikan. Ada yang memukul-mukul peralatan dapur, naik ke atas atap untuk membunyikan seng, memukul beduk Masjid, ada pula yang teriak-teriak memanggil bulan dalam bahasa daerah-‘wuza...wuza...wuzaaaaa’. Lagu yang dinyanyikan adalah sebagai berikut:

Wuza-wuza e kau mbana saza raza
Raza kau ndia wuza e
Nuka reta lo, mbeta pari moso
Pari moso wau pizu ne’e alu
Alu sa lempe ngere ata mbani mere
Mbani papa tau ngere suradadu
Suradadu sendo pi’a eko wero
Bogu ngere tezo...

Apa Mbo Mbo? (Apa yang meledak-ledak?)
Belum diketahui apa yang menjadi sebab musabab terciptanya lagu ini. Kami masih mencari tahu sebab terciptanya lagu ini karena setiap penciptaan pasti mempunyai tujuan dan suatu penciptaan bukan tanpa alasan. Tapi, jika dilihat dari isi lagunya, lagu ini berisi pesan kepada muda-mudi tentang larangan nikah muda karena jika menikah terlalu muda dikhawatirkan suami tidak dapat menanggungkan beban rumah tangga dalam hal ini untuk mencari nafkah. Sedangkan istri, belum bisa menyusui anak dan tidak dapat memaksakan diri untuk memelihara anak-anaknya.  Inilah lagu yang pernah tercipta itu:

Apa mbo mbo raze zia oro
Mbo tera esa nika marahaba
Marahaba nika za’e kombe rua
Kombe zima rua ambo mbeta duza
Duza ngi’i iu tau turu fizu
Fizu dawada tau selama
Selama ngaji ko’o abe Ali
Ali ofai kau mawe ro aki
Aki re bita mboko ndaru ki mbi’a

Jip-jip osa (Lagu dalam permainan)
Jip jip osa ali waja raji
Sai naka piso jao naka piso
Ali o... ali o...
Tetu-tetu Zoko (Lagu dalam permainan)
Tetu tetu zoko... zoko kera kae
Kae wa mena... kesa re raze
Ka’e ko sai... ka’e ko kizo
Kizo kazo remba remba nggo
Nggo nggewa sa esa

Apa raja-raja (Teka-Teki)
Apa raja-raja (Teka-teki) ini digunakan saat orangtua dan anak-anaknya bersantai-santai, juga digunakan oleh muda-mudi ketika berkumpul santai dengan tujuan agar tidak membicarakan hal-hal yang tidak masuk akal atau hal-hal yang tidak berguna.
Cara menggunakan teka-teki ini sama seperti teka-teki dalam bahasa Indonesia akan tetapi sebelum mengucapkan isi teka-tekinya terlebih dahulu mengucapkan “Apa raja-raja”. Ini merupakan syarat atau ketentuan yang sudah turun temurun ditaati dan itu merupakan sebuah keharusan.
Contoh:
Apa raja-raja: pozo keri kembi? (Jin menggaruk-garuk dinding)
Apa raja-raja: Ja’o mbana kai dheko? (saya berjalan, dia ikut)
Apa raja-raja: Ja’o kodho kai, kai kodho ja’o? (saya lihat dia, dia lihat saya)
Apa raja-raja: Jara ka kuru bhara? (Kuda makan rumput putih)
Apa raja-raja: Jara ka kuru mite? (Kuda makan rumput hitam)
Apa raja-raja: Ka toko, woku isi? (Makan tulang, buang isi)
Apa raja-raja: Boti teo tobhe, ae iwa mbore? (Botol digantung terbalik, air tidak tumpah)

PESAN-PESAN/AMANAT
Pesan atau amanat ini dipercaya orang-orang sejak dahulu yang mengatakannya sebagai suatu sugesti yang jika dipatuhi maka akan benar-benar terjadi. Sebaliknya, jika tidak dipatuhi tapi sudah diyakini maka akan mendapatkan bahaya, dan itu benar adanya.
Biasanya kalimat-kalimat sugesti ini ditujukan kepada orangtua ketika anak-anaknya bepergian jauh atau merantau di tanah orang. Tapi, kadang-kadang juga digunakan oleh orangtua untuk menasihati anak-anaknya sehari-hari.
Contoh:
Kalo ka, ma’e dari! - kalau makan, jangan berdiri - Jika berada di tempat yang jauh dari orantua, kita tidak akan berada di samping orangtua saat orangtua meninggal dunia.
Ka jawa mue, nangu mbe’o! Bagian yang gosong dari jagung bakar harus dihabiskan - Jangan buang sesuatu yang sudah susah payah didapatkan. Jangan sampai mubazir.
Pake sazake one pati bhaze! - Pakai celana dalam terbalik - Agar tak tampak oleh jin/setan atau agar tidak kemasukkan Jin/setan.
Ka are ngembi! - Makan kerak nasi - Ingat orangtua!

sebenarnya masih banyak hal-hal yang berkaitan dengan ini tapi lain kali saya bakal sambung lagi...

1 komentar:

  1. ide tulisannya sangat bagus, tapi kemasan opini harus lebih detail penjelasannya, contoh pada lagu apa mbo-mbo. lagu ini menceritakan sejarah masuknya islam di kab ende dan sekitarnya, dikiaskan syairnya lewat cerita muda mudi, syair yg anda tuliskan itu tidak selesai sampai disitu.
    "salama mengaji koo ebe ali,
    ebe ali weta ngaji za'e temma.
    ngaji jei jei raze one mbeki,
    ngaji wa'u wa'u wa'u tendu manu
    manu rike sero reka kuwu ine mbejo
    ine mbejo tendu paru toto pessu
    pessu bira bidha
    mena pu'u iza pu'u iza mezzu
    pessu ngere hendu
    ofay reze tawa ree tengge
    dan masih beberapa bait lagi kelanjutannya, lagu lagu rakyat ini dinyanyikan pada upacara2 yg bersifat suka cita atau gembira.
    nanti kita bisa berbagi\shareeng dalam hal ini. terima kasih kita masih mau menggali untuk mengenal budaya kita sendiri.
    "mari berbagi"

    BalasHapus