“Sayang,
aku mencintaimu. Apa pun yang akan terjadi, aku akan tetap bersamamu.” Itulah
sms yang dikirim Tino untuk sang kekasih. Sms itulah yang membuat Reni
terjerumus. Ia telah melakukan perbuatan yang tidak terpuji.
Di
balik jendela kamar, Reni duduk terpekur sesekali mengusap air mata yang jatuh
membasahi pipinya. Pikirannya menerawang jauh. Ia berusaha untuk mengingat
kembali apa yang sudah terjadi beberapa minggu yang lalu. Tino, yang semula
dianggap baik, sopan, dewasa, ternyata menyimpan segudang kemunafikan. Tino
telah membuat hidupnya berubah sekejap. Selama ini dia berpura-pura baik.
...............................
Reni
dan Tino bertemu tanpa sengaja di sebuah desa, di mana mereka harus menjalankan
kegiatan yang diprogramkan oleh kampus. Awalnya mereka hanya bertukar nomor ponsel
saja, dan kadang sekadar iseng, mereka saling smsan dan menelepon. Karena
faktor kedekatan, timbulah benih-benih cinta di antara mereka berdua. Entah
siapa yang memulainya, mereka juga tidak tahu. Rasa itu dan terpatri di dalam
sanubari kedua insan itu.
“Reni
aku menyukaimu, maukah kamu menjadi kekasihku?” ungkap Tino ketika mereka
bertemu. Kaku sekujur tubuh Reni mendengar ungkapan isi hati Tino. Bagaimana
mungkin Tino yang selama ini ia kagumi ternyata selama ini menyimpan perasaan
yang sama seperti dirinya. Tino melajutkan lagi. “Sejak pertama kali kita
bertemu, aku sangat mengagumimu. kadang aku memberi perhatian lebih kepadamu.
Semua ini aku lakukan agar kamu bisa mengerti denganku. Apakah kamu merasakan
hal yang sama?” tanya Tino. Reni hanya berdiam diri saja bagaikan orang bisu.
Meskipun tanpa berkata-kata, melalui sorotan matanya yang berbinar-binar Tino
tahu kalau Reni menyukainya. Mulai saat itu hari-hari mereka selalu bersama,
dan bayak hal yang mereka lalui, semua ini menambah keakraban di antara
keduanya. Aku ingin kamu menjadi yang terakhir dalam hidupku. Kata-kata Tino
itu selalu terngiang-ngiang di benak Reni. Entah mengapa, secara diam-diam Reni
berusaha untuk memenuhi harapan sang kekasih hatinya. Kekasih yang ia kagumi
karena memiliki karakter yang baik.
Hari berganti hari, bulan
pun berganti. Tidak terasa sudah hampir setahun mereka mejalin cinta, mereka
bahkan telah melakukan hubungan terlarang, hubungan yang ditentang oleh siapa
saja yang menjunjung tinggi kesucian. Semua ini mereka lakukan haya untuk
membuktikan kekuatan cinta mereka. Hingga pada suatu hari, prahara itu muncul.
Prahara itu yang membuat hubungan keduanya tidak seharmonis dulu.
Ketika keduanya duduk bersama, Reni tanpa sengaja membuka
ponsel Tino. Tino yang tidak meyukai
cara Reni mulai marah-marah. Dia menganggap Reni terlalu berlebihan.
Setelah melakukan
berbagai cara, Reni akhirnya berhasil membuka pesan di kotak masuk di ponsel Tino. “Sayang, aku hamil.”
Itulah bunyi sms yang sempat dibaca oleh Reni. Tino yang tidak mau kedoknya
dibongar dengan secepat kilat merampas Hp dari tangan Reni. Dingin sekujur
tubuh Reni, bumi seakan berhenti berputar. Tanpa terasa, kristal-kristal bening
mulai membasahi pipinya. Setega itukah Tino pada dirinya? Siapakah perempuan
yang memanggil orang yang disayanginya itu dengan panggilan sayang. Siapa yang
ia maksudkan? Tinokah? Atau teman-teman Tino yang memakai Hp Tino karena mereka
kehabisan pulsa? Reni terus bermain main dengan pikiran sendiri. Dia berusaha
untuk menepis rasa itu dan berpikir positif tetapi tidak berhasil dilakukannya.
Sms itu ada di Hp Tino, dan mengapa Tino menghapusnya?Apa jawaban Tino ketika
membaca sms itu? Berbagai pikiran mulai berkecemuk di otak Reni. Dengan sikap
dingin, dia kemudian bertanya kepada Tino “Tino siapa yang memanggilmu dengan
sapaan sayang?” Tino gugup mendengar pertanyaan Reni. Untuk menutup rasa
gugupnya itu, Tino mulai mengalihkan pembicaraan Reni. Hal itu membuat Reni
makin membenci Tino. “Tino tolong dengarkan aku, siapa perempuan itu?” Dan
mengapa dia mengirim sms seperti ini? Apa yang terjadi di antara kalian berdua?
Emosi Reni meledak-meledak. Dia mulai menghujani Tino dengan berbagai
pertanyaan. Tino kelabakan untuk menjawab pertanyaan Reni yang banyak itu.
Setelah menarik napas dalam-dalam, Tino akhirnya angkat bicara, ”Reni maafkan Aku,
Selama ini aku mengkhianati cinta kita. Secara diam-diam aku menjalin cinta
dengannya, dan sekarang dia tengah mengandung anakku.” Perasaan Reni hancur
berkeping-keping. Saat itu Reni mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan
mereka. Inilah akhir sebuah CINTA.
oleh: Yulita Natalia Nggonde
Tidak ada komentar:
Posting Komentar