Minggu, 18 Desember 2011

DRAMA-KRIBO


BABAK I
Narator I:
Rambut...
Engkau adalah mahkota wanita. Karena kamulah kecantikan seorang wanita akan nampak. Berbagai hiasan mulai dari pita, penjepit, dan topi bisa dikenakan padamu. Berbagai ungkapan rasa bisa dinyatakan lewatmu. Saat mengungkapkan rasa sayang, kau dibelai dan dicium. Saat marah kau pun dijambak.
Oh.... betapa berharganya dirimu buatku. Kau paling pintar bila berurusan dengan yang namanya adaptasi. Kau tersisr rapi, halus, dan mengkilap bila dirimu berada di sekolah atau di kantor. Kau rela kucukur habis, kau setia kupangkas cepak dan tidak mengeluh ketika kukucir erat serta kau tidak cerewet ketika aku tidak sempat merawatmu. Kau terima bila terkadang ketombe menyerangmu. Kau laksana pahlawan yang gugur di medan tempur saat kau rontok ketika disisir. Kesetiaanmu, kerelaanmu, kesabaranmu memukau banyak orang.

Judith
Mbak Erint
Judith



Genta
:
:
:



:
(Mengacak-acal rambut kribonya) “Sebel! Sebel! Sebel!”
“Judith, sudah ditunggu Genta di bawah tuh!”
(Makin kebingungan) “Aduh, gimana dong ini. Ingin rasanya tampil beda malam ini namun gagal. Gara-gara ini rambut kribo ini.” (akhirnya dilepasnya aksesoris yang melekat di rambutnya. Dibiarkannya rambut kribonya terurai. Ia hanya menyisir lalu segera meluncur ke bawah).
(Kesal) “Aduh kribo.... kribo, lama banget sih. Keburu habis tu film.”

Narator II:
Kribo, kribo. Kribo. Judith paling sebel bila Genta memanggilnya kribo. Genta tak tahu kalau Judith mati-matian ingin berdandan untuknya. Sebenarnya sih wajah cantik Judith nggak jelek-jelek amat, ia punya sepasang mata yang indah, hidung yang mancung, bibir yang seksi, dan kulit yang black sweet. Cuma, yang itu tu.... Rambut kribo yang membuatnya tidak pe-de. Tapi Judith boleh bangga juga bisa bersahabat dengan Genta. Banyak yang ngiri pada Judith karena bisa dekat dengan Genta. Tapi Judith tutup kuping aja bila ada yang ngomong sembarangan melihat kedekatannya dengan Genta. Mereka itu kan Cuma ngiri.

Viona


Judith


Viona
Viona

Judith

Viona
:


:


:
:

:

:
(Menyerutup es cendolnya) “Apa? Kamu diajak Genta nonton? Ah.... yang bener. Wah... kamu beruntung sekali, kribo. Banyak lho yang pingin dekat dengan Genta. Jadi ngiri aku. Tapi... kamu pasti bohong deh, iya kan?”
(Memainkan sedotan) “Ya sudah kalau kamu nggak percaya. Aku sih memang dekat sama dia sebagai teman. Aku sendiri nggak nyangka dia mau mengajakku.”
“Wah... bisa jadi berita utama, dong.”
“Hai kribo, lihat tuh! Kamu punya saingan. Lihat sana, Genta mojok sama Amanda.”
(Melayangkan pandangan ke arah Genta dan Amanda, keningnya berkerut dan alisnya hampir nyambung) “Apa sih kelebihan Amanda itu?”
(Memoncongkan mulutnya) “Rambutnya, Non... rambutnya wow! Berkilau dan lurus.”


Narator III:
Judith seketika ingat ucapan yang terus memuji kecantikan dan keindahan  rambut panjang, hitam, dan lurus milikya Shandy Aulia pemeran EIFFEL I’M IN LOVE extended. Sekarang ia tampak akrab dengan Amanda yang memiliki rambut panjang, hitam, dan lurus.

Judith

Viona


Judith
:

:


:
(Teriak menahan geram) “Antarkan aku ke salon nanti sore. Rambutku mau aku rebonding.”
(Tersedak, matanya melotot) “Ini tempat umum, kribo! Nanti aku antar tapi jangan berteriak seperti itu. Sebel sih sebel tapi tahu aturan dong! Malu-maluin aja kamu ini.”
“Pokoknya aku mau ke salon buat ngelurusin rambutku. Lihat saja siapa yang lebih bisa menarik hati Genta.”

Narator IV:
Judith menabuh genderang perang melawan Amanda. Ia sangat optimis bila rambut kribonya dijadikan lurus, ia pasti menang. Sungguh-sungguh tak seperti harapan Judith setelah rambutnya lurus, ia merasa itu bukan dirinya. Bukannya PD, ia malah jadi minder. Parahnya lagi, Judith jadi ogah sekolah. Ia sudah nggak tahan ditertawai teman-teman. Apalagi ditambah Genta juga menatapnya dengan pandangan aneh. Judith benar-benar merasa malu! Malu! Malu!

Mbak Erint


Judith
Mbak Erint
Judith
Mbak Erint
Judith
Mbak Erint
Judith
Genta

Judith
Genta
Judith
Genta


Judith
Genta





Judith
Genta
:


:
:
:
:
:
:
:
:

:
:
:
:


:
:





:
:
(Sedih) “Kalau kamu nggak mau sekolah, gimana dengan nilaimu. Sebentar lagi ujian. Sudah, jangan diambil hati orang-orang itu. Lama-lama mereka akan terbiasa.”
“Pokoknya nunggu rambutku yang asli tumbuh lagi baru aku mau sekolah.”
“Kamu ini kayak anak kecil aja.”
“Biarin.”
“Ya, sudah. Cepatan turun, sudah ditunggu Genta tuh di bawah.”
“”Genta?”
(Mengangguk lalu keluar kamar)
(Malas-malasan turun. Sambil memonong-monyongkan bibir tanda sebel)
(Nada suara santai) “Hai brekele! Kok pakai acara ngambek nggak mau sekolah segala?”
“Cepatan, ada apa? Aku ngantuk nih...”
“He.... kamu kenapa sih?”
“Nggak usah tanya. Semua gara-gara kamu”
(Tertawa) “Siapa suruh kamu bersaing dengan Amanda. Lagian siapa yang mojok dengan Amanda. Aku cuman ngomongin tentang rapat OSIS, bukan mojok. Kamu percaya aja sama viona.”
(Merasa malu dengan Genta)
“Asal kamu tahu aja, Judith. Aku paling suka rambut kamu yang kribo itu. It’s ok, aku tunggu sampai rambut lurusmu kembali ke asal lagi. Tapi yang penting kamu besok harus masuk sekolah. Kamu juga cantik dengan rambut lurus. Jangan kuatir, buat jadi diri sendiri aja. Jangan jadi orang lain. Rambut kribomu ok banget, aku suka dan lebih kusuka lagi hati kamu. Penampilan nggak penting.
(Merasa seperti melayang ke alam lain)
(Mengacak-acak rambut Judith) “Kribo... kribo...!! eh, brekele... brekele....”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar