BABAK I
Narator
I:
Rambut...
Engkau adalah
mahkota wanita. Karena kamulah kecantikan seorang wanita akan nampak. Berbagai
hiasan mulai dari pita, penjepit, dan topi bisa dikenakan padamu. Berbagai
ungkapan rasa bisa dinyatakan lewatmu. Saat mengungkapkan rasa sayang, kau
dibelai dan dicium. Saat marah kau pun dijambak.
Oh.... betapa
berharganya dirimu buatku. Kau paling pintar bila berurusan dengan yang namanya
adaptasi. Kau tersisr rapi, halus, dan mengkilap bila dirimu berada di sekolah
atau di kantor. Kau rela kucukur habis, kau setia kupangkas cepak dan tidak
mengeluh ketika kukucir erat serta kau tidak cerewet ketika aku tidak sempat
merawatmu. Kau terima bila terkadang ketombe menyerangmu. Kau laksana pahlawan
yang gugur di medan tempur saat kau rontok ketika disisir. Kesetiaanmu,
kerelaanmu, kesabaranmu memukau banyak orang.
Judith
Mbak Erint
Judith
Genta
|
:
:
:
:
|
(Mengacak-acal
rambut kribonya)
“Sebel! Sebel! Sebel!”
“Judith, sudah ditunggu Genta di bawah
tuh!”
(Makin
kebingungan)
“Aduh, gimana dong ini. Ingin rasanya tampil beda malam ini namun gagal.
Gara-gara ini rambut kribo ini.” (akhirnya
dilepasnya aksesoris yang melekat di rambutnya. Dibiarkannya rambut kribonya
terurai. Ia hanya menyisir lalu segera meluncur ke bawah).
(Kesal) “Aduh
kribo.... kribo, lama banget sih. Keburu habis tu film.”
|
Narator
II:
Kribo, kribo.
Kribo. Judith paling sebel bila Genta memanggilnya kribo. Genta tak tahu kalau
Judith mati-matian ingin berdandan untuknya. Sebenarnya sih wajah cantik Judith
nggak jelek-jelek amat, ia punya sepasang mata yang indah, hidung yang mancung,
bibir yang seksi, dan kulit yang black sweet. Cuma, yang itu tu.... Rambut
kribo yang membuatnya tidak pe-de. Tapi Judith boleh bangga juga bisa
bersahabat dengan Genta. Banyak yang ngiri pada Judith karena bisa dekat dengan
Genta. Tapi Judith tutup kuping aja bila ada yang ngomong sembarangan melihat
kedekatannya dengan Genta. Mereka itu kan Cuma ngiri.
Viona
Judith
Viona
Viona
Judith
Viona
|
:
:
:
:
:
:
|
(Menyerutup
es cendolnya)
“Apa? Kamu diajak Genta nonton? Ah.... yang bener. Wah... kamu beruntung
sekali, kribo. Banyak lho yang pingin dekat dengan Genta. Jadi ngiri aku.
Tapi... kamu pasti bohong deh, iya kan?”
(Memainkan
sedotan)
“Ya sudah kalau kamu nggak percaya. Aku sih memang dekat sama dia sebagai
teman. Aku sendiri nggak nyangka dia mau mengajakku.”
“Wah... bisa jadi berita utama, dong.”
“Hai kribo, lihat tuh! Kamu punya
saingan. Lihat sana, Genta mojok sama Amanda.”
(Melayangkan
pandangan ke arah Genta dan Amanda, keningnya berkerut dan alisnya hampir nyambung) “Apa sih
kelebihan Amanda itu?”
(Memoncongkan
mulutnya)
“Rambutnya, Non... rambutnya wow! Berkilau dan lurus.”
|
Narator
III:
Judith seketika
ingat ucapan yang terus memuji kecantikan dan keindahan rambut panjang, hitam, dan lurus milikya
Shandy Aulia pemeran EIFFEL I’M IN LOVE extended. Sekarang ia tampak akrab
dengan Amanda yang memiliki rambut panjang, hitam, dan lurus.
Judith
Viona
Judith
|
:
:
:
|
(Teriak
menahan geram)
“Antarkan aku ke salon nanti sore. Rambutku mau aku rebonding.”
(Tersedak,
matanya melotot)
“Ini tempat umum, kribo! Nanti aku antar tapi jangan berteriak seperti itu.
Sebel sih sebel tapi tahu aturan dong! Malu-maluin aja kamu ini.”
“Pokoknya aku mau ke salon buat
ngelurusin rambutku. Lihat saja siapa yang lebih bisa menarik hati Genta.”
|
Narator IV:
Judith menabuh
genderang perang melawan Amanda. Ia sangat optimis bila rambut kribonya
dijadikan lurus, ia pasti menang. Sungguh-sungguh tak seperti harapan Judith
setelah rambutnya lurus, ia merasa itu bukan dirinya. Bukannya PD, ia malah
jadi minder. Parahnya lagi, Judith jadi ogah sekolah. Ia sudah nggak tahan
ditertawai teman-teman. Apalagi ditambah Genta juga menatapnya dengan pandangan
aneh. Judith benar-benar merasa malu! Malu! Malu!
Mbak Erint
Judith
Mbak Erint
Judith
Mbak Erint
Judith
Mbak Erint
Judith
Genta
Judith
Genta
Judith
Genta
Judith
Genta
Judith
Genta
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
(Sedih) “Kalau kamu
nggak mau sekolah, gimana dengan nilaimu. Sebentar lagi ujian. Sudah, jangan
diambil hati orang-orang itu. Lama-lama mereka akan terbiasa.”
“Pokoknya nunggu rambutku yang asli
tumbuh lagi baru aku mau sekolah.”
“Kamu ini kayak anak kecil aja.”
“Biarin.”
“Ya, sudah. Cepatan turun, sudah
ditunggu Genta tuh di bawah.”
“”Genta?”
(Mengangguk
lalu keluar kamar)
(Malas-malasan
turun. Sambil memonong-monyongkan bibir tanda sebel)
(Nada
suara santai)
“Hai brekele! Kok pakai acara ngambek nggak mau sekolah segala?”
“Cepatan, ada apa? Aku ngantuk nih...”
“He.... kamu kenapa sih?”
“Nggak usah tanya. Semua gara-gara
kamu”
(Tertawa) “Siapa suruh
kamu bersaing dengan Amanda. Lagian siapa yang mojok dengan Amanda. Aku cuman
ngomongin tentang rapat OSIS, bukan mojok. Kamu percaya aja sama viona.”
(Merasa
malu dengan Genta)
“Asal kamu tahu aja, Judith. Aku
paling suka rambut kamu yang kribo itu. It’s ok, aku tunggu sampai rambut
lurusmu kembali ke asal lagi. Tapi yang penting kamu besok harus masuk
sekolah. Kamu juga cantik dengan rambut lurus. Jangan kuatir, buat jadi diri
sendiri aja. Jangan jadi orang lain. Rambut kribomu ok banget, aku suka dan
lebih kusuka lagi hati kamu. Penampilan nggak penting.
(Merasa
seperti melayang ke alam lain)
(Mengacak-acak
rambut Judith)
“Kribo... kribo...!! eh, brekele... brekele....”
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar