Jumat, 04 November 2011

Pengaruh teknologi terhadap budaya gotong royong masyarakat desa


Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi yang kian pesat seperti di era sekarang ini telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan manusia pada umumnya dan lebih khusus pada masyarakat yang tingal di pedesaan. Perkembangan teknologi ini ditandai dengan munculnya sebagian besar alat-alat modern, mulai dari alat-alat dengan kualitas standar sampai kepada alat yang memliki kualitas super canggih. Perkembangan ini kemudian membawa pengaruh besar pula terhadap keadaan masyarakat desa baik dari segi sosial, budaya, ekonomi, politik, bahkan kepribadian masyarakat pun ikut berubah. Hal ini ditandai dengan digunakannya alat-alat elektronik di kalangan muda khususnya, selain untuk keperluan memberi dan mendapatkan informasi juga digunakan untuk hal-hal yang tidak memberikan manfaat seperti menonton video  porno secara mobile juga mengirim pesan-pesan yang bersifat provokatif.
Begitu besarnya pengaruh teknologi ini, menjalarlah hingga sampai ke masyarakat desa. Masyarakat desa yang umumnya kita kenal dengan masyarakat yang terpinggirkan, kampungan, dan SDM rendah, kini pun ikut menerima dan mewarnai perkembangan teknologi seperti yang dirasakan masyarakat perkotaan. Jika kita menilik kembali bahwa sebetulnya sebagian besar masyarakat desa adalah masyarakat yang hidup harmonis, rukun, tentram dan memiliki tata krama yang lebih baik dari masyarakat perkotaan meskipun ada beberapa permasalahan yang terjadi. Mereka hidup saling membantu satu sama lain. Dan budaya yang tidak pernah luntur dari masyarakat desa adalah budaya saling gotong royong antarsesama jika ada yang kesusahan. Itulah hal yang jarang dilihat pada masyarakat perkotaan. Namun, dengan perkembangan teknologi yang kian pesat sekarang ini, budaya gotong royong ini semakin samar dilakukan kembali oleh masyarakat desa. Mereka yang dulunya bergotong royong memanen padi secara berkelompok misalnya, sekarang kita sudah jarang melihat kebersamaan itu. Hal ini dikarenakan masuknya alat-alat yang berteknologi canggih dan ditambah dengan sosialisasi tentang penggunaan alat-alat tersebut sehingga dengan mudahnya pekerjaan yang semestinya dilakukan secara bergotong royong, sekarang mereka kerjakan sendiri dan mereka menganggap bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena tidak perlu memborong pekerja dan menyewanya sehingga keuntungan yang didapatkan harus dibagi-bagi.
Dari sektor pertanian, jika dari segi ekonomi memang ini menjadi sebuah keuntungan bagi pemilik sawah namun, di sisi lain mereka sesungguhnya telah melupakan budaya yang telah lama diturunkan oleh nenek moyang yang seharusnya dijaga dan dilestarikan  yakni budaya gotong royong.
Dari dampak ini, muncullah apa yang dinamakan kesenjangan sosial. Kesenjangan ini terjadi karena masyarakat sudah jarang berinteraksi dan berkomunikasi seperti biasanya dengan masyarakat lain. Hadirnya televisi membuat masyarakat jarang bertemu di pos ronda, kehadiran sepeda motor membuat masyarakat jarang berjalan kaki bersama ke sawah atau pun ladang, kehadiran telepon genggam membuat masyarakat jarang bertatap muka saat berbicara. Inilah contoh dari pengaruhnya perkembangan teknologi yang semakin hari semakin membumi seperti sekarang ini.
Dari sini dapat dikatakan bahwa perlu adanya penyaring yang baik dari penerimaan masyarakat terhadap perkembangan teknologi ini. Memang diakui bahwa perkembangan teknologi dapat merubah keadaan suatu masyarakat namun tidak menutup kemungkinan juga masyarakat untuk menolak masuknya perkembangan teknologi dengan melihat dengan berbagai aspek seperti aspek budaya misalnya. Jika sudah demikian, maka dampak atau pengaruh yang mungkin terjadi dapat diminimalkan oleh masyarakat sendiri. Diawali dengan sebuah sosialisasi dan pemberian informasi serta komunikasi yang tepat memungkinkan masyarakat desa untuk menerima perkembangan teknologi secara tepat pula dengan tetap melestarikan budaya yang telah ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar